OPTIMIS MENATAP HIDUP WALAU BBM NAIK
Naiknya harga bakar minyak bensin, solar dan minyak tanah menimbulkan keresahan bagi semua lapisan masyarakat terutama saudara kita yang berpenghasilan kecil. Mereka mengeluh dan bingung mengatur perekonomian rumah tangganya. Naiknya harga bakar minyak jelas mempengaruhi harga kebutuhan pokok.
Menyikapi peristiwa ini, sebagaian orang tidak dapat menahan emosi dan kemarahannya. Diantara mereka ada yang mengadakan demontrasi, perusakan, ataupun kritik terhadap pemerintah. Tindakan-tindakan ini tidaklah menyelesaikan perkara. Bahkan boleh jadi memperumit dan menambah masalah.
Inilah penyakit jiwa. Apabila melihat sesuatu yang tidak disepakati hawa nafsunya,muncul keluh kesah sebaiagmana firman Allah: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (QS. Al-Maarij 19-21)
Kiranya tidak ada jalan keluar dari segala kesulitan dari kesempitan hidup melainkan dengan kembali kepada hukum Allah.
Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup, maka lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
Bersabar atas ketentuan Allah
Maksudnya kita umat Islam tidak boleh mengeluh dan putus asa. Karena tidak mungkin kita keluar dari ketentuan-Nya. Musibah ini bukan hanya menimpa diri kita saja, tetapi juga menimpa para utusan sebelumnya, terutama Nabi kita SAW: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa malapetaka dan dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah ?”Ingatlah, sesunggunya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(QS.Al-Baqarah 214)
Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, sebagaimana firman Allah: “Bersabarlah sesungguhnya Allah menolong orang-orang yang bersabar.”(QS.Al-Anfal 46)
Bersabar atas tindakan pemimpin
Sikap Ahlus Sunnah waljamaah atau salafus shalih ketika melihat tindakan pemimpin yang dibenci bukanlah unjuk rasa, demontrasi apalagi melakukan perusakan tetapi bersabar.
Hudzaifah bin al Yaman berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Dan akan dipimpin umat ini oleh pemimpin, hati mereka adalah setan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpainya ? Beliau menjawab: “Dengarkan dan taati pemimpin, walaupun dipukuli punggungmu dan dirampas hartamu. Dengarkan dan taatilah.”(HRMuslim3/1476, al Mustadrak, ash Shahihah 4/547)
Mudah-mudahan hadits ini dapat memadamkan emosi dan kemarahan jiwa kaum muslimin yang kurang berkenan melihat tindakan pemimpinnya. Dengan bersabar Insya Allah masalah menjadi lebih ringan dan akan ada jalan keluarnya.
Tetap istiqomah dan taqwa kepada Allah
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS.Ath Thalaq:2-3)
Optimis dan yakin Allah tetap memberi rezki
Dari Abdullah bin Mas’ud Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Jibril meniupkan di dalam jiwaku, sesungguhnya salah seorang dari kalian tidak akan mati hingga telah sempurna rezkinya, maka takutlah kepada Allah dan carilah rezki dengan cara yang baik. (Musnad asy-Syihab 2/185,al-Hakim2/4, Ibnu Hatim 2/1, al-Hilya 10/27.Hadits Shahih, lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri hal 14 oleh Al-Albani)
Tanamkan rasa qona’ah dan merasa cukup
Rasulullah beresabda: “Sungguh beruntung orang Islam yang berserah diri dan merasa cukup dengan rizki yang ada dan merasa puas atas pemberian-Nya. (HR Muslim 2/370)
Hindari ambisi rakus dunia
Faktor utama hancurnya umat dan perusak zaman dahulu maupun sekarang adalah tamak atau rakus kedudukan dan harta. Padahal kaya yang hakiki ialah kaya jiwa, mampu menghadapi semua masalah. Hal ini tidak mungkin diperoleh kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu dienul Islam.
Abu Hurairah berkata, Nabi bersabda: “Bukanlah kaya itu orang yang banyak harta, tetapi kaya itu kaya jiwa.” (HR Bukhari 6081, Muslim 1051)
Hindarkan pemborosan dan israf
Sebenarnya rizki yang Allah berikan kepada hamba-Nya sudah cukup untuk kepentingan primer setiap harinya. Namun hawa nafsu tidaklah pernah menyuruh kita boros dan membeli sesuatu yang tidak ada gunanya. Misalnya menghiasi rumah yang tidak berfaedah, makan minum yang berlebihan. Allah berfirman: “Dan makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.Al-A’Raf 31)
Dengan menjauhi perkara ini, insya Allah rezki dari Allah cukup untuk menutup kebutuhan.
Hindarkan segala tindakan yang merusak badan dan keimanan
Misalkan merokok, perokok adalah perusak badan dan ekonomi keluarga. Demikian juga judi dan minuman yang memabukkan. Karena merokok tidaklah menghilangkan lapar dan haus, berbeda dengan makan dan minum. Orang bisa berpikir, bila uang untuk membeli rokok dikumpulkan untuk menafkahi keluarga, insya Allah lebih dari cukup dan manfaatnya jelas. Perhatikan peringatan Allah: “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah 195)
Adapun yang merusak keimanan, seperti menggunakan harta ketempat yang dianggap keramat (kuburan) untuk minta berkah, inilah perusak kekayaan dan keimanan. Demikian juga membeli jimat untuk mencari kekayaan dan ketenangan. Ini adalah pekerjaan kyai tukang sihir mengeruk harta orang awam dan merusak tauhid mereka.
Berusaha hidup hemat sesuai dengan rezki yang diterima
Kita hendaknya bisa membedakan antara kebutuhan perut dengan keinginan. Jangan sampai rezki yang sudah cukup menjadi kurang kerena mengikuti hawa nafsu. Cermatilah firman Allah berikut: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”(QS.Ath-Thalaq 7)
( Diadaptasi dan diringkas dari Majalah Al Furqon edisi 3 tahun ke V)
Komentar
Posting Komentar