SUBTANSI TAWADHU’
SUBTANSI TAWADHU’ IALAH DENGAN MENGHARGAI ORANG LAIN
Ketahuilah wahai saudaraku yang tawadhu’ Orang berakal ketika ia melihat orang lain yang lebih tua darinya, (maka)ia bersikap tawadhu’ terhadapnya, sembari berkata:”Dia telah telah mendahuluiku dalam Islam”.
Bila ia menjumpai seorang yang lebih muda usianya darinya, ia pun bersikap tawadhu’ kepadanya, sembari berbisik:”Aku telah mendahuluinya dalam berbuat dosa”.Jikalau menyaksikan orang yang sesusianya, ia menjadikannya sadaudara. (Maka,bagaimana m
Ketahuilah wahai saudaraku yang tawadhu’,orang berakal, ketika ia ungkin ia sombong kepada saudaranya sendidiri?
Dia tidak menghina siapapun.Sebab, seorang hamba yang tawadhu’(dia) tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan orang lain. Dia pun melihat orang lain, tidak membutuhkannya dalam masalah agama atau dunia.
Seorang hamba tidak meninggalkan tawadhu’kecuali saat kesombongan mencengkeram jiwanya, dan ia arogan kepada orang lain, kecuali saat ia takjub dengan dirinya sendiri.
Oleh karenanya, Rasulullah menjelaskan sombong adalah menghina orang lain.
Sehingga dapatlah disimpulkan tawadhu’tercermin pada penghormatan kepada orang lain.
(Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali, at Tawadhu’fi Dhauil Qur’anil Karim was Sunnah ash Shahiha, halaman 28)
Komentar
Posting Komentar