Catatan & Pengalaman Mengajar; PROBLEMATIKA DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN SDIT AR-RAYYAN
Selama 6 bulan (2 semester) tahun ajaran 2014-2015 saya mengajar di SDIT Ar-Rayyan sebagai guru pendamping di kelas 2 Mekkah bersama Ustadz Hanif sebagai wali kelas. Sebagai guru pendamping di kelas 2 rasanya bisa di katakan sungguh sangat luar biasa menguras energi dan pikiran tetapi banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan. Di kelas 2 termasuk kelas besar karena jumlahnya 33 anak, mereka ini bersal dari turunan Arab, Jawa dan Madura. Saya menjumpai murid dengan berbagai karakter yang unik, mulai dari murid tidak bisa duduk lama, tidak bisa diam (suka ngobrol), suka menganggu temanya, suka mengadu, suka mengejek, cari perhatian, manja (maunya dilayani terus). Bisa dibayangkan bagaimana ketika pembelajaran berlangsung ? .yang pasti seru dan menantang ketika mengajar di kelas 2.
Ustadz Hanif sebagai guru sekaligus wali kelas 2 saya katakan adalah guru hebat dan berkompeten dengan gaya mengajar yang berfariasi, beliau bisa tegas, bisa lembut bahkan juga marah ketika beliau mengetahui anak didiknya melanggar. Demikian juga Ustadz Amin sebagai guru Dien (agama) sekaligus Tahfidz dengan gaya mengajar tegas dan disiplin sungguh luar biasa hebatnya untuk mengantarkan anak didiknya bisa paham dan mengerti pelajaran yang beliau sampaikan. Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari beliau berdua Ustadz Hanif dan Ustadz Amin.
Bergabung di SDIT Ar-Rayyan selama 2 semester secara otomatis juga tidak terlepas dari problem yang di alami dan di hadapi oleh SDIT Ar-Rayyan. Secara umum problem tersebut menyangkut menejemen pengelolaan lembaga pendidikan. Ustadz Muhammad Farid selaku Kepala Sekolah dengan gaya kepemimpinan pendekatan inter personal dalam menyelesaikan persoalan dan kendala telah berusaha semaksimal mungkin untuk lebih baik.
SDIT Ar-Rayyan yang sudah 4 tahun berdiri mempunyai potensi sangat besar untuk terus bisa berkembang, Gedungnya yang bagus belantai 3, muridnya sudah hampir mencapai 400 anak, gurunya rata-rata usianya masih mudah penuh semangat dan sabar dalam mengajar. Kesemunya itu adalah modal yang bisa digunakan untuk mengembangkan SDIT Ar-Rayyan yang lebih baik.
Untuk mengembangkan SDIT Ar-Rayyan tentu harus berani mengambil langkah perubahan dan berproses. Karena tanpa perubahan maka sekolah akan jalan ditempat dan akan ditinggalkan oleh orang tua siswa. Namun jangan terkejut apabila ada sekolah yang inginnya langsung jadi sekolah yang besar tanpa mau berubah dan menjalani proses. Mungkin sekolah tersebut mau berkembang, hanya saja kalau boleh memilih, mereka ingin perubahannya yang murah, simpel dan langsung bisa berdampak besar bagi organisasinya serta sedikit saja tanpa mesti melibatkan orang lain.
Padahal kita semua tahu betapa berbahayanya keengganan akan perubahan, dengan kata lain sekolah masuk ke zona nyaman. Jika ada organisasi yang inginnya berubah namun jika dibiarkan memilih mereka inginnya tidak mau jauh-jauh dari zona nyaman, maka berarti siap-siap saja sekolah itu akan terasa hambar dan tanpa greget. Kegiatannya rutinitas semata, hanya melaksanakan yang sudah-sudah, itupun kalau biayanya ada, angka keluar masuk gurunya tinggi dan muridnya pun makin lama makin sedikit.
Mengapa ada sekolah yang ‘memilih’ untuk jalan ditempat dan tidak mau berkembang? Ada beberapa hal penyebabnya.
1.Sekolah tidak mengetahui pasti kemana ‘arah’ mereka sebagai sebuah organisasi pembelajar.
Visi dan misi sekolah mungkin ada, karena sudah merupakan kewajiban dari dinas pendidikan untuk sebuah sekolah mengadakan visi dan misi. Sayangnya sekolah hanya sibuk dengan urusan dari rutin ke rutin. Dari ujian nasional ke ujian nasional berikutnya. Jika ditanya apa perbedaan murid di sekolahnya dengan murid sekolah lain, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Jika ditanya apa perbedaan hasil lulusan antara sekolah itu dengan sekolah lainnya maka jawabannya hanya semata persoalan nilai yang dicapai. Padahal masa depan siswa bukan hanya ditentukan dari nilai tetapi juga oleh karakter dan penguasaan keterampilan hidup yang penting sebagai bekal di masa depan. Jadi untuk tipe sekolah seperti ini, yang penting satu tahun ajaran bisa lewat dengan sukses dilalui tidak masalah jika tanpa inovasi. Menyedihkan bukan? Karena alih-alih melakukan perubahan, berjalan kemana arahnya pun sekolah ini tidak tahu.
2.Pengelolaan keuangan yang tidak tepat sasaran.
Jangan malu mengakui bahwa sekolah swasta menggunakan prinsip bisnis. Prinsip bisnis diperlukan karena demi tumbuh berkembangnya sekolah itu sendiri secara sehat sebagai lembaga pendidikan formal yang siap dijadikan tempat kepercayaan bagi banyak keluarga-keluarga yang tinggal berada di sekolah itu untuk menyekolahkan putra-putrinya. Bayangkan jika sekolah disubsidi terus menerus, atau tetap berjalan apa adanya dan dibiarkan merugi dan tidak bisa mandiri. Sayangnya karena terlalu khawatir merugi atau akan tutup, banyak sekolah yang terlalu cepat berniat mengambil keuntungan atau terlalu cepat melakukan ekspansi alias pengembangan tanpa mengukuhkan dahulu ‘pondasi’ di dalamnya. Bagi semua yang gunakan prinsip bisnis dengan ‘saklek’ atau dengan hitam putih . Praktek yang dilakukan oleh guru-guru di kelas adalah sebuah pemborosan dalam arti yang sebenar-benarnya. Sehari saja bersama dengan guru-guru di kelas, akan membuat seorang yang berasal dari kalangan pebisnis akan heran karena banyak sekali hal yang akan dianggap sebagai pemborosan. Misalnya kertas yang begitu saja dipakai berlembar-lembar hanya untuk siswa latihan menulis sampai kertas tisu berlembar-lembar yang diperlukan untuk mengelap hidung siswa yang sedang sakit pilek di kelas. Hal-hal yang saya contohkan adalah contoh kecil hal yang mungkin saja dianggap pemborosan namun diperlukan karena sesuai dengan konteks sekolah yang menjadi wadah bagi anak didik untuk berkembang. Dalam banyak kasus sekolah memaksa guru untuk berhemat atau bahkan mempersulit proses permintaan sumber belajar yang sebenarnya sudah menjadi hak siswa, dengan harapan guru yang meminta akan bosan dan malas untuk meminta lagi. Sekolah yang seperti ini akan sulit untuk menerima perubahan karena perubahan selalu dianggap memboroskan biaya dan mengurangi keuntungan sekolah.
3.Kepemimpinan yang lemah.
Kepemimpinan yang lemah akan membuat sekolah jalan ditempat. Uniknya sebenarnya para pemimpin yang menurut kita punya kepemimpinan yang tidak efektif sebenarnya tahu bahwa cara memimpinnya tidak efektif. Hanya saja rutinitaslah yang membuat seorang pemimpin menjadi kebal terhadap complain dan memilih begitu-begitu saja dalam mengelola sekolahnya. Ada pemimpin sekolah yang katakan, ‘saya ini sudah kebal sama complain dan makian dari orang tua siswa”. Saya pun demikian, saya memilih untuk kebal, namun kebal tanpa mau mencari solusi sama saja membiarkan orang lain menganggap kita ‘bebal’ alias tidak punya perasaan atau cuek terhadap kritik dan umpan balik dari orang lain. Pemimpin tipe seperti ini tidak bisa disalahkan juga, karena sebagai orang dewasa siapa yang tidak mau perubahan dan perbaikan. Namun pilihan berikutnya apakah ia mau memperjuangkan atau memilih untuk tiarap bermain aman atau yang penting ‘yayasan’ atau bos senang.
4.Guru yang tidak punya motivasi
Ada banyak sebab mengapa guru menjadi sosok yang tidak punya motivasi. Padahal menjadi pendidik mesti punya rasa antusias terhadap semua hal yang menyangkut bidangnya. Guru yang tahunya menjadi guru hanya menjadi pengajar saja mungkin tidak begitu diperlukan lagi di jaman ini. Sekolah yang ingin perubahan akan terbentur oleh sosok guru yang enggan perubahan. Sebab utama bukan masalah kesejahteraan, karena saya juga menjumpai temen guru yang mengajarnya biasa-biasa saja padahal kesejahteraannya sudah baik bila dibandingkan dengan sesama rekan seprofesi. Guru adalah aktor utama dari semua perubahan yang akan dan sedang terjadi di sekolah. Menyertakan guru adalah langkah terbaik dalam mengubah sebuah sekolah. Jika ingin cepat, melalui yayasan atau kepala sekolah bisa saja meminta dan menyuruh gurunya ini dan itu dan ujung-ujungnya akan frustasi juga karena lambannya guru bergerak. Membuat guru termotivasi pun tidak mudah, perlu langkah dan cara dalam membuat guru merasa bahwa perubahan demi anak didik adalah suatu keharusan.
5. Brand Sekolah
Memang tidak main-main, dan mesti dirintis secara bersama-sama tanpa menunggu ini dan itu. Secara singkat pengertian brand bagi sebuah sekolah adalah sebuah hal atau ingatan yang melekat dari masyarakat mengenai sebuah sekolah swasta. Bisa dari seragam yang dirancang dengan baik, warna gedung dan logo yang unik, sampai ke mutu lulusan yang dihasilkan.
6. Standar Akademis
Sebuah sekolah terasa kemajuannya jika punya standar akademis yang dirumuskan bersama. Banyak sekolah yang terjebak ingin meniru keberhasilan sekolah lain dalam memajukan sekolahnya. Misalnya meniru sekolah lain yang unggul prestasi akademisnya padahal input siswa di sekolahnya adalah anak-anak yang justru jiwa seninya baik sekali. Jadi soal akademis, sekolah mesti sabar dan memulai semuanya dari kondisi input siswa yang ada di sekolahnya.
7. Adanya Eskul
Sekolah mengembangkan Eskul menjadi eskul yang mengembangkan potensi.
Ada dua jenis eskul, seni budaya, sport dan hobby. Silahkan sekolah pilih yang sesuai dengan situasi dana dan sumber daya untuk dikembangkan. Memajukan sekolah perlu sebuah sistem pendukung yang bisa membuat program-program yang menjadi andalan sekolah bisa
diwujudkan. Untuk itu tata usaha yang jujur profesional akan memastikan program sekolah berjalan lancar dan bisa dijadikan andalan menarik minat orang tua siswa.
8. Hubungan Relasi
Relasi antara sekolah dan orang tua siswa yang harmonis.
Jika sekolah ingin maju, sekolah mesti punya hubungan yang sehat dan saling mengerti antar stake holder. Kemajuan sekolah akan terhambat jika konflik dibiarkan awet dan menjalar kemana-mana. Sekolah akan lelah dan diam di tempat jika konflik tidak selesai. Sebaliknya orang tua siswa rugi, sekolah anaknya seperti tidak punya inovasi karena sibuk mengurusi konflik.
9. Guru Bermutu
Sekolah akan maju jika gurunya bermutu. Guru yang bermutu dimulai dari perekrutan yang benar. Guru akan bermutu jika ia dibuat betah mengajar di sekolahnya. Guru akan bermutu jika ia melihat yayasan sekolah tempat ia mengajar berusaha menaikkan standar kesejahteraan sesuai dengan kemampuan. Komunikasi yang baik dan pelatihan yang terstruktur adalah kunci dari gerakan guru berkualitas di sekolah.
10. Yayasan Supportif
Jika ditanya pada yayasan sebuah sekolah apakah mereka supportif atau tidak jawabannya pasti iya. Hanya saja penerapan dukungan kepada sekolahlah yang berbeda-beda. Ada yang saking mendukungnya sampai-sampai pelaksana di sekolah menjadi merasa dimonitor terus menerus dan jadi tidak kreatif. Ada juga yang mendukung dengan cara mempercayai dan selalu ada di samping sebagai pihak yang mau mengerti. Nah, ini yang pas karena pelaksana di lapangan akan jadi kreatif dengan pola pengawasan dan dukungan yang pas. Sekali lagi yayasan yang sehat adalah yayasan yang supportif dan punya mekanisme pengawasan pada saat yang sama.
Tak kalah pentingnya dalam mengembangkan sebuah lembaga pendidikan adalah aspek budaya dan bermitra
A. Aspek Budaya
Budaya dalam sebuah organisasi adalah hal yang penting, sangat penting sampai-sampai menentukan arah perubahan sebuah sekolah. Sekolah yang memilih untuk menjalankan sekolah sesuai dengan rutinitas saja tanpa berusaha menumbuhkan budaya akan menuai ‘capek hati’ dan ‘capek pikiran’ karena pergerakannya hanya dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Tanpa adanya budaya sebagai pondasi yang membuat guru-guru lebih kuat dan siswa jadi senang belajar.
Apa saja budaya sekolah yang penting dan layak untuk dikembangkan?
Aspek budaya yang menyangkut nilai-nilai yang baik atau values. Guru akan mudah patah semangat jika bekerja di sekolah yang tidak punya values. Semua values adalah semua hal yang baik, dalam Islam ada Akhlakul Kharimah yang penting untuk menjadi pegangan dalam sesama manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Jika sekolah punya nilai yang positif maka guru dan siswa akan berlomba-lomba memberikan sumbangan kontribusi bagi kemajuan sekolah. Peran pimpinan sekolah dan yayasan juga memainkan hal yang sangat penting dalam penanaman nilai di sekolah sebagai contoh dan sebagai pihak yeng menentukan tolak ukur keberhasilan penanaman nilai-nilai, tentunya dengan menyertakan semua elemen yang ada di sekolah seperti orang tua, siswa, guru dan komunitas.
Budaya menghadirkan pengalaman belajar dan memimpin. Sekolah yang baik dengan niat yang baik mengajak siswanya untuk bersuara dan punya andil dalam pengambilan keputusan. Organisasi seperti OSIS atau Student Council akan membuat mereka merasa senang dilibatkan dan didengar suaranya. Siswa juga akan dihadapkan pada contoh kasus yang penting dalam organisasinya, diharapkan siswa bisa merasakan contoh kasus-contoh kasus yang membuat aspek kepemimpinannya berkembang. Apalagi jika secara intensif guru diberikan dorongan untuk melibatkan siswanya dikelas dalam upaya memberikan pengalaman belajar, sekolah mesti selangkah lebih maju dalam membuat pengetahuan masuk kedalam pikiran siswanya dengan tidak lagi sekedar mengajak mereka menghafal namun sudah sampai pada tataran mengerti karena mengalami.
Budaya Inovasi: Inovasi adalah semua hal yang bisa guru dan sekolah lakukan dalam membuat praktek pembelajaran menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tugas sekolah membuat gurunya tidak takut salah dan nyaman dalam berinovasi. Tugas guru adalah memantapkan hati bahwa inovasi yang ia lakukan penting sebagai cara membuat dirinya berarti sebagai guru professional dengan cara berinovasi demi siswa. Sekolah yang efektif menyediakan pembiayaan dan dukungan secara struktur agar kreativitas dan inovasi bisa berkembang sesuai dengan kemampuan.
Budaya kerja sama: Bagaimana guru baru dan guru senior bekerja sama? Bagaimana guru dan siswa bekerja sama? Bagaimana guru dan orang tua siswa bekerja sama, bagaimana kepala sekolah dan guru bekerja sama, bagaimana kepala sekolah dan orang tua siswa bekerja sama? Sampai bagaimana sekolah dan masyarakat bekerja sama. Kesemua pertanyaan tadi membuat sekolah makin maju dan berkembang. Sekolah di jaman sekarang makin tidak bisa berdiri sendiri, sekolah yang lalai membina budaya bekerjasama dan berkolaborasi melewatkan bantuan dari orang lain yang mestinya bisa membuat sekolahnya makin maju dan berkembang dengan cara yang unik dan tiada duanya. Prinsip kerja sama adalah meniadakan ego untuk satu tujuan, sebuah sekolah yang baik menomorsatukan siswa diatas segala-galanya.
B. Bermitra dengan Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan setempat dimana sekolah berada penting kiranya untuk diajak bermitra. Kasus JIS yang baru lalu adalah bukti betapa ada jarak antara dinas pendidikan setempat dan sekolah. sehingga pengawasan menjadi sulit dilakukan.
Ada 3 tipe sekolah swasta ketika berhadapan dengan Dinas Pendidikan
1. Tipe sekolah yang bersikap bagaikan sekolah negeri, karena begitu dekat dan khawatir sekali mengecewakan dinas pendidikan.
2. Tipe sekolah yang senang mencibir dinas pendidikan tidak tahu apa-apa soal pendidikan dan tahunya hanya masalah administrasi dan perijinan belaka. Cirinya adalah tidak pernah datang saat diundang rapat dan merasa ekslusif
3. Tipe sekolah yang tetap kreatif sambil berusaha memadukan apa yang bisa ia terima dari dinas sambil tetap lakukan yang terbaik.
Dinas pendidikan memang terdiri dari birokrat dalam hal ini pengawas. Sementara di negara maju, pengawas adalah kepala sekolah yang mumpuni dan berprestasi. Sehingga sekolah bisa meminta petunjuk dan nasihat dari A sampai Z mengenai pendidikan dan bukan sekedar berlindung dari undang undang dan peraturan menteri nomor sekian sekian. Saya menyadari betul bahwa pengawas yang ada sekarang pun sudah bagus dan mumpuni, dengan demikian tulisan ini adalah untuk semakin mempererat kemitraan antara dinas dan sekolah.
Jika sekolah anda ingin sukses dalam bermitra dengan dinas setempat berikut ini langkah yang bisa membantu.
1. Usahakan datang saat diundang rapat dinas. Walau undangan rapat baru disampaikan malam harinya (mendadak) usahakan tetap datang.
2. Jika ada acara tawarkan diri untuk jadi tuan rumah, memang akan perlu dana namun itu lebih baik demi hubungan yang harmonis
3. Saat rapat, perkenalkan diri anda kepada pengawas, syukur syukur kalau bisa dekat secara profesional.
Banyak sekolah yang memang bisa bagus karena sibuk cari pengetahuan sendiri dan undang pembicara dari sana sini serta sibuk berproses demi perbaikan sekolah tanpa bantuan dinas pendidikan setempat. Akan menjadi bahaya jika sekolah yang saya sebutkan tadi menjadi kurang berhubungan baik dengan dinas pendidikan setempat.
Bahkan jika ada pengawas datang dan meminta pengetahuan atau ilmu terbaru, berikan saja, karena toh ilmu itu ada untuk dibagi.
Komentar
Posting Komentar