Bercermin Pada Bintang Kehidupan Masa Lalu Salafus Sholih

Bercermin Pada Bintang Kehidupan Masa Lalu Salafus Sholih
Mari kita bercermin pada bintang bintang kehidupan masa lalu dari salafuna sholeh. Lihatlah bagaimana mereka menghargai waktu bersama cinta dan kerinduannya.
Sedetik pun mereka tidak ingin menyia nyiakan, mencampak kan apalagi berpisah dengannya.

Lihatlah Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim Al Harrani Ad Dimasyqi Al Hanbali lebih ikenal dengan Syeikh Islam Ibnu Taimiyah (1.66lH W.72811) Beliau senantiasa belajar saat bepergian maupun dalam penjara.Bahkan dialanı keadaan sakit sekalipun. Suatu ketika saat heliau sakit dokter berkata kepadanya Se sungguhnya kesihukan ancda menelaah dan memperbincangkan ilmu justru akan memperparah penyakitmu". Kemudian syeikh menjawab(membantah teori sang dokter)" Bukankah bila jiwa merasa senang dan gembira, Imaka talbiatnya semakin kuat dan bisa mencegah datangnya sakit?" Dokter menjawah: "Benar". Beliau menjawab"Sungguh jiwaku sangat senang dengan ilmu
dan tabiatku menjadi kuat dengannya. Akal saya pun mendapatkan ketenangan." Sang dokter berkata "Hal ini diluar model pengobatan kami" (Raudhatul Muhibbin karya Imam Ibnu Qayyim, hlm.70)
Imam Muhammad bin Ishaq menuntut ilmu semenjak berusia 20 tahun dan kembali ke daerahnya setelah berusia 65 tahun. Beliau rihlah (perjalanan ilmiah) selama 45 tahun dan kembali ke daerahnya sudah menjadi tua.

 Lihat lagi olehmu bagaimana mereka memanfaatkan waktu Amir bin Abdul Qais rahimahullah berkata kepada oang yang mengajaknya berbincang-bincang "Tahanlah Matahari kalau mampu" (maksudnya jika waktu bisa berhenti baru kita berbincang)
RTsalahah An Nahwi. Beliau tidak pernah berpiu dari kitabnya. Apabila dia diundang kesebuah walimah, dia mensyaratkan agar diletakkan tempat selebar kulit domba sebagai tempat kitab yang akan dibacanya. An Nadhr bin Syumail berkata, "seseorang tidak akan hiu merasakan nikmatnya belajar, sampai dia lapar dan melupakan laparnya "(Al hatstsu 'ala Thalabil IImi wal lin had i Jam 'ihi karya Abu Hilal Al Askari. hlm.77)

Dengarkanlah nasthat Abdullah bin Abdul AzA-LUmairi yang sering menyendiri di kuburan denga membawa kitab (huku) untuk dibaca. Dia ditanya tentang itu diapun menjawab, Tidak ada nasihat yang lebuh mendalam d.aripada kuburan. Tidak ada teman yang lebih baik daripada kitab. Dan tidak ada yang lebih menjamin keselamatan daripada kesendirian" 
Sangguh apa yang mereka lakukan terhadap waktu daklah dapat dinilai dengan dunia. Karena hasil yang mercKperolch dari penghargaan itu pun telah mendunia.

Lihatlah lmam lbnu Abi Dunya telah mewariska 3000 karya tulis, Imam Ibnu hazm mewariskan 400 yang memuat hampir 80.000 lembar; Abu Abdillah
Hakim (Ibnul Bayyi' telah menulis karya imiah 1300 jaz, Imam Abu Hasan Al Ays'ari mewarikan hampir 50 kitab Imam Ihnu Qayyim mewariskan sekitar 50 jilid, Imam Baihaqi mewariskan 1000 juz; Imam Muhammad bin Shunun Al Maliki mewariskan 100 juz kitab,imam Abu Bakar bin Al Arabi Al Na'afiri mewariskan 80 juz dan beberapa karya lainnya, Imam Jafar Ath Thohawi mewariskan sangat banyak karya diantaranya masalah haji dalam 1000 lembar; Imam Abu Ubaidah ma'mar bin Mutsanna mewariskan hapir 200 tulisan dari berbaga cabang ilnu, Imam lbna Suraij mewariskan hampir 400 tulisan sedangkan Imam Abdul Malik bin Habib seorang ulama Andalus mewariskan hampir 1000 karya tulis. 

Contoh lain adalah Abu Hafsh Amru bin Ahmad Ustman Al Baghdadi (lbnu Syahin) (L297H-W.385H) Beliau telah menulis 330 karya ilmiah, diantaranya at Tafsir al Kabir 1000 jilid (satu jihd setara dengan 13 buah buku berukuran sedang saat ini) dan Al Musnad 1300 jilid: At Tarnkh 150 jilid serta Az Zuhd 100 jilid. (lihat Tadekiratul Huffadz karya al Hafidz Adz Dzahabi.llI/ 987) Tidak cukupkah semua itu sebagai pelajaran. (Di tulis kembali dari buku Manajemen Waktu Para ulama' oleh Syeikh Abdul Fattah)

Komentar

Postingan Populer