ANAK NAKAL BAGAIMANA TERAPINYA ?


Anak adalah belahan hati kita di dunia dan simpanan kita diakhirat. Hal ini akan terwujud nyata jika kita  mengikuti cara-cara menurut ajaran Islam yang benar dalam mendidik dan menumbuhkannya pada akhlak yang mulia serta sifat-sifat terpuji.


Dimata orang tua anak-anak sering berbuat salah atau nakal. Sebagai orang tua, kadang kita sampai bingung bagaimana menasehatinya. Tak jarang kita langsung marah-marah atau memukulnya, padahal itu bukan tindakan bijaksana.

Bila anak berbuat salah, itu adalah hal yang lumrah. Persoalannya, perlukah mereka dihukum? Sampai sejauh mana ? Bagaimana sebaiknya menegur kesalahan anak?

KIAT MENEGUR ANAK
Berikut ini beberapa kiat yang bisa kita gunakan dalam menegur anak:
a.       Bila anak-anak berbuat salah, mereka perlu dinasehati. Lebih terkesan apabila orang tuanya sendiri yang melakukannya, bukan lewat perantara. Jelaskan kesalahan yang mereka perbuat. Tegurlah dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Hindarkanmenggunakan kekerasan karena mungkin hal itu akan berdampak negatif  terhadap anak, kelak bisa jadi mereka akan meniru cara-cara tersebut.
b.      Sikap terlalu lembut juga kurang baik. Bisa-bisa si anak tidak merasakan dirinya sedang dimarahi, kelak dia akan memandang enteng kesalahannya dan akan berani mengulangi kesalahan yang sama. Akibatnya kelakuan buruk itu akan menjadi tabiatnya sehingga sukar untuk diubah.
c.       Hindarkan menegur anak di depan khalayak ramai, adik atau saudaranya yang lain. Keadaan ini akan membuatnya malu. Ia akan senantiasa merasa bahwa orang lain menuding dirinya salah. Akibatnya hilang perasaan malunya dan dia akan berani melakukan kesalahn itu lagi secara terang-terangan.
d.      Bila anak suka berdusta, mencuri, atau memukul teman-temannya, serta tidak hormat pada orang tua, maka ingatkan dan takuti dia tentang balasan Allah baik di dunia maupun di akhirat nanti.
e.      Jika anak berbuat salah di belakang kita tetapi di depan kita berlaku manis, ingatkan bahwa Allah senantiasa melihat segala perbuatannya. Secara tidak langsung hal itu juga berarti kita menanamkan tauhid padanya.
f.        Bila kesalahan anak sudah ditegur, tunjukkan kepadanya apa yang seharusnya ia lakukan. Jangan hanya pandai menyalahkan tanpa bisa member solusinya.
Yang perlu kita ingat, tempatkanlah hukuman sebagai alternatif terakhir. Setelah sekiranya teguran atau nasehat kita tidak mempan, dan tidak ada cara lain lagi kecuali dengan menghukumnya. Itu pun dalam rangka mendidiknya, bukan untuk melampiaskan kesalahan kita atas kelakuannya.
MENGHUKUM ANAK DENGAN PUKULAN
Kapankan kita boleh menghukum anak dengan pukulan?
1.       Nabi Muhammad SAW menyuruh orang tua memukul anak sekiranya mereka enggan shalat bila sudah berumur 10 tahun, dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang mereka mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena shalat ini, sedang mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”(HR.Abu Dawud dan Al-Hakim)
2.       Jangan sembarangan memukul anak, selidiki dulu kesalahannya. Jangan kesalahan kecil dibesar-besarkan, seperti memukulnya hanya karena ia lupa membeli sesuatu yang kita pesan. Yang penting biarkan si anak merasa sebagai konsekwensi atas kesalahannya.
3.       Tidak semua kesalahan harus dihukum dengan pukulan. Apalagi bila kesalahan tersebut masih dalam batas kewajaran dan keumuman untuk anak seusianya. Beri hukuman yang mendidik, misalnya dengan membuang sampah, mengangkat air dan sebaginya. Di samping mendapat pengajaran dari kesalahannya, dia juga akan terlatih untuk bekerja. Jika anak sering di pukul, di marahi atau dihukum dengan hukuman yang berat apalagi yang tidak setimpal dengan kesalahannya, akan member I kesan negatif pada anak.

KESAN (PENGARUH) NEGATIF ANAK SERING DI PUKUL, DI MARAHI ATAU DI HUKUM
Ø  Karena terlalu sering disalahkan, anak tidak punya keyakinan pada dirinya, Ia akan kehilangan kepercayaan diri dan akan senantiasa takut dan bimbang untuk melakukan sesuatu. Perasaan, pribadi dan mentalitasnya tertekan. Akhirnya anak akan suka menyisihkan diri dari orang lain (minder)
Ø  Bagi anak yang agresif, bisa jadi akan cenderung melawan jika di marahi. Jika kita tidak sabar, terus memarahi dan memukulnya, ia justru akan menjadi bebal dan ganas. Atau mungkin dia akan pura-pura menurut, tapi dengan hati yang dongkol atau dendam, karena merasa tidak akan menang melawan orang tuanya. Akhirnya dia akan melampiaskan kekesalannya tersebut dengan bersikap buruk terutama pada kawan-kawannya yang lebih lemah. Suka memukul atau menyakiti misalnya.
Ø  Hilang rasa hormatnya pada orang tua, dia merasa bahwa orang tuanyatidak adil dan tidak sayang padanya.
Ø  Bagi anak yang terlanjur sangat pendendam pada orang tuanya, jika persaan tersebut semakin menumpuk, ia akan selalu merasa tidak betah di rumah, puncaknya ia bisa kabur meninggalkan rumah.

PETUNJUK NABI MUHAMMAD SAW
Orang tua wajib mendidik anak dengan sebaik-baiknya, karena anak adalah amanah Allah. Kenakalannya jangan jadi alasan untuk gampang memukulnya. Mungkin, salah satu hikmah dari diciptakannya sikap nakal pada anak, adalah untuk menguji kita sebagai pengemban amanah tersebut. Misalnya, untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kesabaran kita.

Hendaknya setiap tutur kata yang kita ucapkan, tindak tanduk yang kita tampilkan di depan mereka sudah melalui pertimbangan sematang-matangnya, baik maupun buruknya. Berusahalah memahami jiwa dan perasaan mereka. Ajar dan didiklah mereka dengan akhlak-akhlak salih dan mulia, seperti sikap lemah lembut, belas kasihan, penyabar dan sebaginya. Jangan lupa, mengajar dan mendidik mereka dengan hanya mengandalkan teori saja, takkan ada artinya tanpa adanya contoh atau teladan nyata dalam keseharian kita.

An-Nasai dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa tatkala Rasulullah SAW  shalat mengimami orang-orang, tiba-tiba Husain mendatangi belaiau lalu menunggangi leher beliau, yang saat sedang sujud. Beliau memanjangkan sujudnya tatkala mengimami orang-orang itu, sehingga mereka mengira telah ada sesuatu yang terjadi pada diri beliau. Seusai shalat mereka berkata, “Engkau telah memanjangkan sujud wahai Rasulullah, sehingga kami mengira telah ada sesuatu yang terjadi.” Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya cucuku ini telah menunggangiku dan aku tidak senang tergesa-gesa sampai anak ini puas dengan keinginannya.”

Dari Anas, dia berkata, “Saya menjadi pembantu Rasulullah SAW, sedang saat itu saya berumur delapan tahun. Beliau tidak pernah mencelaku karena kesalahan yang kulakukan. Jika di antara keluarga beliau ada yang mencelaku, maka beliau bersabda, “Biarkan saja anak itu. Sebab kalaupun dia diberi ketetapan, maka itu pula yang akan terjadi.”

Asy-Syakhaini meriwayatkan dari Aisyah Ra, dia berkata, “Ada seorang A’raby mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Kalian suka memeluk anak-anak, sedangkan kami tidak pernah memeluk mereka. “Maka beliau bersabda, “Saya tidak kuasa menjaminmu bahwa Allah akan menghlangkan kasih sayang dari hatimu.” (Diriwatkan Muslim)

Semoga kasih sayang dan lemah lembut senantiasa menjadi hiasan dalam pola pendidikan kita. Dan semoga Allah memberi  kemudahan dalam membuat buah hati kita benar-benar sebagai penyejuk mata. Sebagai nilai tambah dalam mencari surga-Nya.

Komentar

Postingan Populer