Belajar Dari Wasiat Luqman Al-Hakim


             Salah satu hamba Allah yang wasiatnya diabadikan dalam  Al-Quran adalah Luqman Al-Hakim. Beliau adalah seorang laki-laki yang diberi hikmah oleh Allah sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.”(Luqman 12)

             Diantara hikmah tersebut adalah pengetahuan agama dan kebenaran dalam ucapannya. Beliau menjadi pemuda sebelum terutusnya Nabi Daud dan mengalami kesrasulan Daud.

              Tentang sosok Luqman Al-Hakim Mujahid Berkata, “Luqman Al-Hakin adalah seorang budak Habsy, tebal kedua bibirnya dan pecah-pecah kedua telapak kakinya. Pernah seorang laki-laki dating kepadanya pada suatu majelais ketika banyak orang berkumpul. Orang itu bercerita kepada  mereka, lalu berkata kepada Luqman, “Bukankah engkau adalah penggembala domba di tempat ini dan itu?”Luqman menjawab,”Ya.” Orang laki-laki ytersebut berkata, “Apa yang membuatmu seperti ini sekarang?’Luqman menjawab,”Bicara yang benar dan diam dari sesuatu yang tidak berguna.”

WASIAT-WASIAT LUQMAN AL-HAKIM PADA PUTRANYA

Tauhid yang benar
                Wasiat terpenting Luqman Al-Hakim kepada putranya tersurat dalam Al-Quran, “Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada putranya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”(Luqman 13)

                Ketika menafsirkan ayat diatas, Ibnu Katsir mengatakan, “Sebagai orang yang sangat mengasihi dan mencintai putranya, Luqman berwasiat kepada putranya supaya bertauhid yang benar, yaitu menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dia memberikan kepada putranya sesuatu yang sangat utama untuk diketahui. Kemudian beliau memberikan peringatan kepada putranya dengan mengatakan, “Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”

                 Kemudian pada ayat berikutnya Allah memerintahkan agar manusia berbuat baik terhadap kedua orang tuanya, sebagaimana dalam firman-Nya,  “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu  berbuat  baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-bauknya.”(Al-Isra’23)

Selalu sadar akan pengawasan Allah
                  Sebagai hamba  yang selalu mengingat Allah Luqman seringkali berwasiat kepada putranya agar menyadari kebenaran Allah. (Luqman berkata),”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu, di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus dan lagi Maha Mengetahui.”(Luqman 16)

               Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”Maksudnya, Allah adalah zat yang Maha Teliti, dan pengetahuan-Nya mampu menangkap segala sesuatu, Karena itu tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, meskipun ia sangat lembut dan halus. Semut yang berjalan diatas sebongkah batu hitam ditengah kegelapan malam, sangat jelas dimata Allah.

                  Dengan menyadari bahwa Allah adalah dzat yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui sesuatu, manusia akan menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah. Kesadaran seperti ini perlu ditanan-mkan sejak dini kepada anak sehingga ia memiliki etika otonom yaitu etika yang berangkat dari kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah.

Menegakkan salat dan amar makruf nahi mungkar
                    Sebagai ayah pendidik, Luqman selalu mengarahkan dan menasehati putranya tentang ibadah salat dan kebaikan, sebagaimana firman-Nya, “Hai anakku                   
Dirikanlah shalat dan surulah manusia mengerjakan yang baik, dan cegalah mereka dari perbuatanmungkar..”(Luqman 17)

                    Ibnu Katsir menjelaskan, yang dimaksud dengan mendirikan shalat adalah melaksanakan shalat sesuai dengan syarat dan rukunnya serta menjaga waktu-waktunya”. Menegakkan shalat juga dapat berarti mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dibalik symbol gerakan dan bacaan dalam shalat, seperti keikhlasan, kejujuran, disiplin, dan tawadhuk. Inilah yang perlu ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, shalat akan benar-benar menjadi system control yang efektif dalam menegakkan etika otonom, dan mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

 Sabar menghadapi ujian
                    Sebagai penyeru kebenaran, Luqman selalu mengingatkan pentingnya kesabaran dalam mengarungi kehidupan, sebagaimana firman Allah, “ …dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman 17)

                    Wasiat luqman untuk selalu menetapi kesabaran adalah sesuatu yang penting bagi siapa saja. Sebab setiap orang pasti mengalami ujian dan cobaan dalam hidupnya. Terlebih para juru dakwah, biasanya mengalami ujian yang lebih berat daripada orang kebanyakan. Karena itu wajar jika Luqman memerintahkan anaknya untuk bersabar. Sebab dia adalah penerus Luqman yang kelak akan menyerukan kebenaran.

                     Kesabaran merupakan kebutuhan (kewajiban) manusia, sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman 17)

                      Para juru dakwah harus siap bersabar atas semua tantangan yang dihadapinya. Berbagai cacian, hinaan, kekerasan, hingga pengucilan dari khalayak, harus dihadapi dengan lapang dada. Oleh sebab itu kesabaran merupakan kewajiban bagi para penyeru kalimat Allah, sebagaimana redaksi ayat yang menggunakan kata perintah bersabarlah !

                      Demikian salah satu penafsiran ayat diatas. Ada pula yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan perintah bersabar adalah kesabaran atas kesulitan-kesulitan dunia seprti sakit dan lain sebagainya., dan juga kesabaran untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat kapada Allah setelah menyesalinya.

                      Menurut Al-Qurtubbi, penggalan ayat, “Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”, mencakup pengertian kesabaran dalam melaksanakan shalat, menyuruh kebaikan, melarang perbuatan mungkar, dan kesabaran atas siksaan dan ujian. Sebab semua hal itu merupakan perkara yang diwajibkan oleh Allah.

 Larangan bersikap sombong
                      Sebagai pendidik yang agung Luqman selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong. Krena itu beliau melarang anaknya bersikap sombong. “Dan janganlah kamu mamalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Luqman 18)

                  Tentang memalingkan wajah, Al-Qurtubi dengan mengutip penakwilan Ibnu Abbas berkata, “Janganlah engakau memalingkan pipimu dari orang lain karena sombong dan ujub atau engkau hendak manghinanya.” Maksudnya engkau mestinya bersikap ramah dan menyenangkan orang lain. Demikian pula saeharusnya sikap orang tua kepada anaknya, ramah dan suka menyenangkan hatinya. Sikap ramah orang tua akan mempengaruhi kepribadian anak dan biasanya akan melahirkan sikap rendah hati dan tidak sombong.

                        Berjalan dengan keangkuhan adalah larangan agama. Setiap orang tua tidak boleh melakukannya, apalagi di hadapan anak-anak. Sebab anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.

Sikap sederhana dan bersahaja
                        Luqman adalah figur yang bijak, karena kebijakannya dia diberi gelar Al-Hakim (yang bijak). Salah satu kebijakan Luqman yang diajarkan kepada anaknya adalah sikap sederhana dan berbicara sopan, sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”(Luqman 19)

                        Al-Qurtubi mengatakan, “Ktika Allah melarang seseorang memiliki sifat-sifat yang tercela, pada saat yang sama Dia memerintahkan agar mengamalkan sikap-sikap yang mulia. Allah berfirman, “dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan.” Yang dimaksud sederhana disini adalah tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat Jadi sombong dan angkuh dilarang, sedangkan berjalan santun dan berkata sopan diperintahkan agama.

                        Selain berjalan dengan santun sikap utama yang diajarkan Luqman kepda anaknya adalah beretutur kata yang sopan dan lamah lembut. Menurut Al-Qurtubi, yang dimaksud dengan melunakkan suara adalah memelankan suara sesuai dengan kebutuhan. Sebab mengeraskan suara di atas kebutuhan adalah sikap takalluf (mengada-ada) yang dapat mengganggu orang lain.

                         Allah berfirman, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(Luqman 19) Suara keledai adalah contoh suara binatang yang paling buruk sehingga tidak perlu ditiru.

                         Demikian beberapa wasiat Luqman kepada putranya. Sebagai orsang tua, semoga kita bisa belajar dari wasiat Luqman untuk memdidik anak-anak kita.                

                                       

    

             


Komentar

Postingan Populer