Antara 10 Hari Terakhir Ramadhan Dan Tradisi Prepegan
Antara 10 Hari Terakhir Ramadhan Dan Tradisi Prepegan
Waktu 10 Hari terakhir Ramadhan menjadi saat-saat yang berharga. Bulan penuh ampunan, berkah dan pahala ini akan segera pergi sehingga umat Muslim seharusnya bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jika mengikuti cara Rasulullah, 10 hari terakhir adalah yang paling istimewa.
Nabi Muhammad SAW selalu itikaf dan melepas kesibukan duniawi, mendekatkan diri pada Allah sepenuhnya di hari-hari terakhir Ramadhan. Nabi Muhammad mengkhatamkan Alquran dengan malaikat Jibril dan ditulis oleh Zaid bin Tsabit.
Hari-hari terakhir Ramadhan tentunya harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Karena belum tentu tahun depan bisa menemuinya lagi. Kewajiban kita sebagai umat Muslim untuk meniru cara Rasulullah memperlakukan Ramadhan di hari-hari terakhirnya. Yakni dengan lebih banyak menyibukkan diri untuk mendekatkan diri pada Allah.
Salah satunya juga demi bisa menyongsong lailatul qadar. Sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan ini ada di hari-hari terakhir Ramadhan. Sudah sepantasnya jika berburu ridha dan ampunan Allah SWT di saat-saat berharga ini.
Sesuai hadist, riwayat Aisyah RA, Nabi Muhammad mengencangkan ikat sarung pada bagian pinggang 10 hari terakhir bulan Ramadhan, menguatkan amal amal ibadah, dan membangunkan istri anak serta keluarganya( HR Muslim). Lailatul qadar tidak hanya milik laki-laki tapi dirasakan juga oleh anak-anak dan istri.
Dikala, acara tv begitu menggoda untuk tidak mengingat beribadah pada Allah SWT.
Kemudian sejumlah pusat perbelanjaan dan mall gencar dengan promo menggiurkan menarik perhatian masyarakat untuk berbelanja, alhamdulillah kita masih bisa melaksanakan ibadah itikaf.
Di tambah lagi acara Prepegan yaitu tradisi (masyarakat Jawa) keramaian pasar menjelang hari raya lebaran Idul Fitri.
Dimana ditandai dengan banyaknya warga masyarakat yang datang berbelanja aneka keperluan ke pasar, untuk menyambut datangnya ‘riyaya bakda’ (hari raya lebaran).
Masyarakat ramai-ramai berbelanja kebutuhan pokok, membeli aneka komoditas untuk keperluan merayakan Idul Fitri, termasuk di dalamnya kembang atau bunga untuk kelengkapan sesaji dalam berdoa, sampai membeli baju baru dengan kelengkapan asesoris lainnya, guna dipakai bakdan (merayakan lebaran).
Kemunculan para pedagangan musiman yang ikut ‘mremo’ nimbrung berjualan di tradisi prepegan, menjadikan pasar tradisional menjadi ‘jejel riyel’ (penuh sesak).
Maka tentunya kita harus bijak untuk bisa memanfaatkan momen terpenting di bulan ramadhan ini.
Hari-hari terakhir Ramadhan tentunya harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Karena belum tentu tahun depan bisa menemuinya lagi. Kewajiban kita sebagai umat Muslim untuk meniru cara Rasulullah memperlakukan Ramadhan di hari-hari terakhirnya. Yakni dengan lebih banyak menyibukkan diri untuk mendekatkan diri pada Allah.
[Choirul Hisyam, 18 Juni 2017, 18.10 WIB Selesai berbuka di rumah bersama keluarga]
Komentar
Posting Komentar