MENELUSURI PULAU SERIBU MASJID

Begitu saya menjejakan kaki di pulau Lombok bersama 3 temen; Ahmad Mujib Ali Sabana, Suherman Herman, Moh Rifai dan mulai menyusuri sepanjang jalan dengan di pandu sama Ustadz Ahmad Tauhid Nurdin Al-Bayani serta Ustadz Syarifudin, saya melihat dan berjumpa masjid-masjid dengan ukuran besar dan ornamen yang begitu menyedot perhatian mata.

Kubah-kubah berukuran besar dengan menara tinggi menjadi pemandangan awal saya dan siapapun yang hendak mendarat di pulau ini. Dari ketinggian, begitu tampak kubah dan menara berdampingan dengan gugusan perbukitan yang masih tampak hijau.

Pulau Lombok namanya. Pulau Seribu Masjid julukannya. Pulau yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini sedang naik daun dalam beberapa tahun terakhir lewat gebrakan pariwisata halal yang dicanangkan oleh gubenur DR. Zainul Majdi, Lc, MA yang dikenal Tuan Guru Bajang. Citra Lombok sebagai Pulau Seribu Masjid pun ikut menjulang ke seantero negeri, bahkan hingga ke ranah internasional.

Dalam catatannya, terdapat 3.767 mesjid besar dan 5.184 mesjid kecil di 518 desa di Lombok. Artinya, setiap desa di Lombok memiliki lebih dari satu masjid.

Lombok dijuluki Pulau Seribu Mesjid. Julukan ini bermakna di Lombok sangat banyak masjid sehingga menjadi karakter khas yang membedakan dengan daerah lain.

Menurut Ustadz Tauhid Masjid merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kolektif masyarakat di Lombok dalam semua aspek.  Masjid menjadi tanda bagi keberadaan kolektif masyarakat Lombok, dari tingkatan dusun, desa dan kota sebagai ummat muslim.

Semangat membangun ketika mereka memahami nilai-nilai islam, keterbukaan antar jamaah yang diwujudkan dengan saling mengunjungi dalam sholat jumat sehingga tidak terjadi gesekan antar sesama saudara muslim.

Kesamaan pemahaman  mensikapi perbedaan dalam hal yang terkait dengan khilafiyah. Saling menghormati perbedaan khilafiyah tidak gontok-gontokan

"Tanpa masjid maka kehidupan kolektif seperti kehilangan pusat orientasi ruang dan tidak semua kegiatan seolah tidak punya rujukan dan makna apapun," Kata Ustadz Tauhid Nurdin Al-Bayani Dai Yayasan Al-Sofwa asli Lombok Mataram yang sekarang diangkat jadi PNS. [Lombok, 28 Juni 2018]

Komentar

Postingan Populer